Kamis, 10 Januari 2008

Pulau Untung Jawa (Amiterdam)




Desa Wisata Nelayan


Indonesia terdiri dari negara kepulauan, diantaranya adalah kepulauan Seribu yang merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang terletak di perairan Teluk Jakarta. Kepulauan Seribu sendiri terbagi atas 110 pulau dengan luas pulau antara 200m²- 50 hektar (rata-rata 23 hektar). Selain pulu-pulau yang dihuni oleh sebagian nelayan, terdapat pula pulau-pulau resort wisata bahari.
Diantara pulau-pulau resort tersebut, ada satu pulau yang bernama Pulau Untung Jawa yang menjadi tempat wisata untuk kalangan ekonomi menengah kebawah. Hal ini terlihat dari para pengunjung yang datang hanya untuk merefleksikan otaknya di tepi pantai yang begitu indah dan sepoian angin yang sejuk.
Beberapa waktu lalu Rabelnews mengunjungi wisata bahari Untung Jawa yang letaknya berdekatan dengan daratan Tanjung Pasir, Tangerang dan daratan Jakarta dengan jarak tempuh kurang lebih 30 menit. Disana Rabelnews bertemu dengan Ahmad Hidayat salah satu pengelola yang menceritakan riwayat Pulau Untung Jawa yang menjadi objek wisata bahari.

Sekelumit Pulau Untung Jawa
Diusia yang cukup tua (kurang lebih enam generasi) pulau Untung Jawa menyimpan sekelumit sejarah, seputar Pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang. Saat negara kita dikuasi oleh Belanda, ternyata pulau-pulau di wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa sudah dihuni oleh orang-orang pribumi yang berasal dari daratan pulau Jawa.
Sejak tahun 1920-an wilayah ini dipimpin oleh seorang yang biasa disebut dengan panggilan “Bek” (sekarang lurah. red). Bek Fii dan Bek Kasim mereka berdomisili di Pulau Krekot (sekarang Pulau Kelor) adalah yang memimpin keberadaan pulau. Pulau-pulau yang dipimpinnya antara lain, Pulau Amiterdam (Pulau Untung Jawa), Pulau Middbur (Pulau Rambut), Rotterdam (Pulau Ubi Besar), Sehiedam (pulau Ubi Kecil) dan pulau-pulau lainnya.
Tahun 1930-an Bek-pun berganti menjadi Bek Marah, beliau menganjurkan penduduknya yang tinggal di Pulau Krekot untuk pindah ke Pulau Amiterdam. Sebab, Pulau Krekot sudah terkikis dimakan air laut (abrasi ). Perjalanan ke Pulau Amiterdam dengan menggunakan perahu layar kurang lebih 8 jam. Saat mereka sampai, ternyata dipulau itu sudah ada beberapa penduduk yang menetap. Nama-nama mereka antara lain, Cule, Kemple, Darahman, Salihun, Sa’adi, Saimin dan lain-lain. Mereka kemudian menganjurkan agar penduduk Pulau Krekot yang baru datang segera memilih lahan dan langsung menggarapnya. Tak lama kemudian pulau Amiterdam pun berganti nama menjadi “Pulau Untung Jawa” yang berarti keberuntungan bagi orang-orang dari daratan pulau Jawa saat itu.
Sekitar tahun 1940-an penduduk Pulau Untung Jawa mengalami musibah dengan datangnya serangan nyamuk besar-besaran. Akibat tak tahan, penduduknya memilih untuk bermukim ke Pulau Ubi Besar. Namun penderitaan belum usai, kebutuhan pokok sehari-hari yang biasa mereka dapat dari pasar ikan Sunda Kelapa, ternyata menjadi sangat sulit. Hal itu akibat terjadinya perang antara pejuang Indonesia melawan tentara Nippon (Jepang).
Tahun 1945 perubahan besar terjadi diseluruh pelosok Nusantara, karena bangsa Indonesia telah merdeka dari belenggu penjajah. Perubahan itupun dirasakan masyarakat Kepulau Seribu, karena Bek yang biasa dipanggil penduduk berubah panggilannya menjadi Lurah, dan otomatis berubah pula cara kepemimpinnya.
Hari berganti hari , bulanpun demikian. Tanpa disadari Pulau Ubi Besar tak luput dari Abrasi, sehingga atas perintah lurah dengan persetujuan pemerintah, untuk kedua kalinya mereka hijrah kembali ke Pulau Untung Jawa . Pada tanggal 13 Februarai 1954, Lurah bersama penduduk kemudian berinisiatif mendirikan Tugu peringatan kepindahan yang letaknya ditengah-tengah pulau tersebut.

Biaya Murah
Sejak ditetapkan melalui Undang-Undang No.34 tahun 1999, Kepulau Seribu ditingkatkan stastusnya dari kecamatan menjadi Kabupaten Administrasi Kepulau Seribu, wilayahnya masuk propinsi DKI Jakarta. Mulai saat itu, semakin banyak kemajuan yang dirasakan masyarakat pulau Untung Jawa.
Selain itu dengan swadaya masyarakat dan didukung oleh pemerintah, masyarakat pulau Untung Jawa terus meningkatkan pembangunan dan taraf kehidupannya. Sehingga mulai tahun 2002, Pulau Untung Jawa dicanangkan oleh pemerintah atas SK Bupati sebagai Desa Wisata Nelayan.
Pulau Untung Jawa dengan luas 40.10 ha pada saat ini di huni oleh 1.813 jiwa /473 KK, terdiri dari 9 RT dan 3RW sebagaian besar dari mereka bermatapencarian sebagai nelayan. Secara geografis letaknya berdekatan dengan daratan Tanjung Pasir Tangerang dan daratan Jakarta, dapat ditempuh relatif singkat hanya 30 menit dengan biaya Rp.7000/orang. Tak heran bila pada hari-hari libur banyak dikunjungi wisatawan domestik untuk melihat suasana bahari dengan biaya terjangkau sekaligus bisa menikmati sajian khas ikan bakar segar.
Pada perayaan hari ulang tahun emas kemerdekaan Republik Indonesia di Pulau Untung Jawa yang di hadiri oleh duta-duta dari 22 negara, dibangun Monumen Arung Samudra (MOAS). Bangunan tersebut adalah satu-satunya di Indonesia. dan berada di pualu untung Jawa
Fasilitas hasil pembangunan dan swadaya masyarakat banyak kita jumpai di pulau ini, seperti kantor Kelurahan, Pos Polisi, Pos Keamanan laut, Puskesmas, Mesjid, Sekolah, Sarana Olah Raga, Taman Wisata dan masih banyak yang lainnya. Tapi dari semua itu yang paling berkesan bagi Rabelnews adalah keramahan penduduknya menerima pengunjung. Mereka dengan hangat siap melayani para pelancong dengan pelbagai usaha jasa, dari transportasi laut, kios ikan bakar, café, kedai souvenir, home stay, warung telekomunikasi dan fasilitas-fasilitas yang menjadi kebutuhan pengunjung.
Siapapun yang berminat mengunjungi Pulau Untung Jawa tidak harus mengeluarkan biaya yang besar. Sebab, dengan beragam sarana wisata yang ditawarkan, pengunjung hanya dikenakan biaya Rp.3000/orang. Untuk transportasinya, penggunjung bisa menyeberang menggunakan kapal nelayan dari daratan Tanjung Pasir dengan menempuh waktu kurang lebih 30 menit. Biayanya juga murah, pulang-pergi hanya Rp. 14.000 pulang-pergi.

Homestay & Kedai-Kedai Ikan Bakar
Bila pengunjung ingin lebih lama tinggal dipulau, pengelola Pulau Untung Jawa menyediakan tempat penginapan untuk satu keluarga. Semalam biayanya Rp.150.000/keluarga, dengan fasilitas homestay tepat di depan bibir pantai. Pengunjung bisa menikmati sepoinya angin laut yang mengundang aura berbeda dengan tempat lain. Cocok rasanya tempat ini menjadi pilihan utama bagi pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan.
Seriusnya pengelola Pulau Untung Jawa untuk memanjakan pengunjung juga bisa terlihat dari keberadaan aula dengan kapasitas 200 orang. Di dalamnya, pengunjung yang datang secara rombongan bisa menikmati tarian dari berbagai daerah, kedai dan juga café yang menyediakan pelbagai sajian khas, seperti ikan laut bakar dengan beragam pilihan, kelapa muda, serta makanan khas lainnya.
Tak lupa, pengelola Pulau Untung Jawa juga menyiapkan kedai-kedai untuk penjualan souvenir yang terbuat dari hewan-hewan laut, seperti kulit kerang, bintang laut, dan lain sebagainya, yang bisa menjadi buah tangan para pengunjung.
Disamping itu, penggunjung pun bisa terjun bebas di pantai yang bersih dan indah. Dan bagi yang tidak ingin bermalam, disediakan pula saung-saung yang bisa dinikmati sekeluarga.

Transportasi Mudah dan Cepat
Walapun dilihat jauh berada di tengah laut, tetapi untuk menuju wisata bahari Pulau Untung Jawa sangat mudah sekali, Anda bisa naik dari Marina Ancol dengan menggunakan Boat Trans Jakarta dengan biayaa terjangkau, juga bisa melalui pasar ikan Muara Angke dengan menggunakan Ojek (kapal rakyat).
Selain itu, Anda juga bisa melalui jalur Tangerang, seperti melalui Dadap, Tanjung Pasir, Rawa Saban, Kronjo, dan Mauk . Jadi, untuk menuju wisata bahari Pulau Untung Jawa tidak terlalu sulit dengan transportasi yang setiap hari ada dan jarak tempuh lumayan cepat, paling lambat setengah sampai satu jam.
Dengan biaya masuk dan transportasi yang relatif murah, wisata ke Pulau Untung Jawa tidak membuat kantong Anda jebol. Sangat cocok menjadi altenatif tempat rekreasi bagi siapapun yang ingin membahagiakan keluarga maupun teman. ( Irwan )

Berikut Fasilitas Yang Dapat Disewakan
1. Homestay (penginapan) dengan tarif Rp.150.000/malam
2. Gedung serbaguna (aula) dengan kapasitas 200 orang Rp.450.000
3. Kelengkapan sound System Rp.200.000
4. Organ tunggal + pemain Rp. 100.000
5. Penyewaan sepeda / 1jam Rp. 5000
6. Tenda pleton / malam Rp. 150.000

Ikan Bakar (per-kg)
1. Ikan Kue Rp. 60.000
2. Ikan Baronang Rp. 60.000
3. Ikan Keneke Rp. 60.000

Cumi-Cumi (per-kg)

Tidak ada komentar: